MENJADI PEMIMPIN YANG BAIK ATAU TIDAK SAMA SEKALI
MENJADI PEMIMPIN YANG BAIK ATAU TIDAK SAMA SEKALI
Oleh: MUHAMMAD DARWIS
CGP ANK 5
SMA NEGERI 2 SUMENEP
Berdasarkan Filosofi KHD bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu memberikan tauladan atau contoh praktek baik kepada murid. dan pada akhirnya guru sebagai pemimpin pembelajaran membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri.
Seorang guru atau pemimpin pembelajaran harus memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. dengan berlandaskan pada nilai-nilai yang di jadikan prinsip serta dipegang teguh ketika kita dituntut untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara cermat dan tepat untuk mengambil keputusan yang benar.
Sebuah Pengambilan Keputusan yang tepat merupakan hasil dari nilai-nilai positif yang dijadikan dasar dan selalu dipegang teguh. Keputusan yang kita buat memiliki keberpihakan pada peserta didik. dan metode Coaching adalah keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching dengan menggunakan alur TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis dan akan lebih ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.
Sebagai seorang pendidik harus memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik sehingga memahami perbedaan karakteristik peserta didik mampu megakomodir perbedaan minat belajar dan profil belajar murid di kelas dan mampu menciptakan kelas yang aman, nyaman dan meaningful sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik serta mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Dianutnya nilai-nilai positif dalam pengambilan keputusan akan menghasilkan keputusan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.
Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dan meyakini keputusan tersebut akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Sebagai pemimpin pembelajar pastilah akan muncul berbagai kendala/kesulitan dalam pengambilan keputusan baik itu karena keputusan yang akan kita buat berkaitan dengan perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun seperti jam masuk sekolah yang sebelumnya pukul 07.00 menjadi 06.00 WIB. serta tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama.
Sudah pasti pengambilan keputusan harus berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.
Oleh karena itu guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.
Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan datang. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan didalam Pengambilan keputusan dibutuhkan kompetensi atau skill yang harus dimiliki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.
Seorang pengambil keputusan dalam Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada nilai – nilai positif yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Serta memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.
Jadilah pemimpin yang bijak sehingga mampu mengambil keputusan yang tepat, adil, dan bertanggung jawab dimana hasil keputusan tersebut baik untuk semua dan mampu merangkul seluruh kelompok sehingga semuanya mematuhi dan melaksanakan hasil keputusan dengan penuh tanggung jawab.
Jadilah pemimpin pembelajar yang baik atau tidak sama sekali.