PENETAPAN TUJUAN MELALUI PARENTAL INVOLVEMENT UNTUK MENINGKATKAN TASK COMMITMENT
PENETAPAN TUJUAN MELALUI PARENTAL INVOLVEMENT
UNTUK MENINGKATKAN TASK COMMITMENT
BEST PRACTICE
Riskiyah
SMAN 2 Sumenep
Abstrak
Peningkatan aspek-aspek non-kognitif perlu diberikan pada peserta didik melalui perencanaan individual sebagai salah satu komponen program bimbingan dan konseling. Task commitment diperlukan bukan hanya dalam pencapaian akademik melainkan untuk pencapaian karier, dan pengembangan pribadi sosial peserta didik, dengan task commitment peserta didik menjadi bertanggung jawab penuh atas tugas-tugasnya dengan kemauan dan kesadaran sendiri, sehingga mereka dapat mencapai prestasi yang optimal. Penetapan tujuan dalam program bimbingan dan konseling merupakan konten esensial untuk mendukung peserta didik mencapai tujuan akademik maupun non-akademik, dengan menetapkan tujuan siswa akan lebih terfokus pada cita-citanya sehingga tumbuh motivasi dalam dirinya. Partisipasi orang tua bermanfaat dalam menumbuhkan komitmen siswa, untuk itu orang tua perlu dilibatkan dalam proses penetapan tujuan. Bimbingan penetapan tujuan melalui parental involvement dapat meningkatkan task commitment siswa, karena prosedurnya dirancang agar orang tua dapat berpartisipasi aktif untuk memberi masukan tentang upaya-upaya apa saja yang harus siswa lakukan untuk mencapai tujuan, serta melakukan pemantauan sekaligus memberikan solusi saat siswa mengalami hambatan dalam merealisasikan tujuan mereka.
Kaca kunci: task commitment, goal setting, parental involvement.
- PENDAHULUAN
Selama beberapa dekade awal penelitian tentang penetapan tujuan dilakukan dalam lingkungan kerja (Latham & Locke, 2007), selanjutnya beberapa tahun kemudian sejumlah studi mulai dilakukan dalam program wajib belajar 12 tahun Amerika, dan pada siswa-siswa di sekolah. Hasil studi menjelaskan bahwa penetapan tujuan dapat berpengaruh positif pada berbagai usia, kemampuan, lintas akademik, di berbagai negara. Studi-studi tersebut telah mengkaji tentang manfaat praktik bagi akademik siswa, yang meliputi kemampuan membaca, menulis, bahasa asing, pengetahuan sosial, pengetahuan alam, dan matematika (Schunk:2003, Siegert, R,J & Levack, W.M.:2015, Zimmerman, Bandura, & Martinez-Pons:1992, Meece, Blumenfeld, & Hoyle:1988, Bandura & Schunk: 1981, dan Murayama & Elliot:2009).
Beberapa penelitian menemukan bahwa keterlibatan orang tua berkontribusi terhadap belajar peserta didik (Henderson & Berla,1994). Namun Baker (1997) mencatat bahwa penelitian lebih berorientasi pada perspektif upaya pendidik atau pihak sekolah dari pada perspektif orang tua. Sementara pendidik dan para peneliti sepakat bahwa keterlibatan orang tua adalah esensial bagi kesuksesan akademik peserta didik (Henderson & Berla, 1994; Henderson & Mapp, 2002). Orang tua memperoleh beberapa kesempatan untuk membagi pengalamannya pada guru dan kepala sekolah, diketahui bahwa pandangan orang tua dapat meningkatkan kemungkinan terwujudnya pemenuhan harapan-harapan seluruh pihak dan perluasan akses pendidikan bagi peserta didik (Cotton & Wickelund, 2001). Mayoritas penelitian mengenai keterlibatan orang tua (parental involvement) di sekolah berfokus hanya di tingkat sekolah dasar dan pendidikan pra-sekolah, sedikit sekali diketahui tentang keterlibatan orang tua di tingkat menengah pertama dan atas (Ferguson & Rodriguez, 2005; Simons, 2000). Menurut Feuerstein (2000) kebanyakan studi meneliti tentang hubungan antara keterlibatan orang tua dengan prestasi peserta didik.
Task commitment diperlukan bukan hanya dalam pencapaian akademik melainkan untuk pencapaian karier, dan untuk mengembangkan pribadi sosial peserta didik. Dengan Task commitment siswa dapat bertanggung jawab penuh atas tugas-tugasnya dengan kemauan dan kesadaran sendiri, sehingga siswa dapat mencapai prestasi yang optimal. Karena penting dimilikinya task commitment maka aspek ini perlu untuk dilatihkan, pelatihan dalam meningkatkan aspek-aspek non-kognitif perlu diberikan pada peserta didik melalui kegiatan di luar pembelajaran, agar hasilnya dapat ditransfer bukan hanya dalam pelajaran tertentu, tetapi dapat digunakan untuk belajar pada seluruh mata pelajaran. Untuk meningkatkan task commitment digunakan salah satu konten dalam layanan perencanaan individual, yaitu penetapan tujuan, yang bertujuan untuk mendukung peserta didik dalam pencapaian tujuan-tujuan mereka, baik tujuan akademik maupun non-akademik.
Pencapaian tujuan setiap siswa tidak hanya memerlukan dukungan guru, akan tetapi yang lebih utama adalah dukungan dari orang tua, karena orang tua memiliki harapan-harapan tertentu terhadap anak-anaknya maka mereka perlu untuk dilibatkan dalam penetapan tujuan. Partisipasi orang tua juga bermanfaat dalam menumbuhkan komitmen siswa, karena tujuan ditetapkan bersama orang tua maka orang tua dapat memberi masukan tentang upaya-upaya apa saja yang harus siswa lakukan untuk mencapai tujuan-tujuannya, serta melakukan pemantauan terhadap upaya yang dikakukan dan sekaligus memberikan solusi saat siswa mengalami hambatan dalam merealisasikan tujuan mereka.
- Kajian Literatur
- Penetapan Tujuan
Penetapan tujuan merupakan konsep yang akan sangat mempengaruhi kehidupan orang yang menetapkan. Meskipun penetapan tujuan tampak seperti konsep yang mudah namun tidak dapat dianggap remeh, karena orang tidak dapat memperoleh pencapaian tanpa tujuan yang jelas dan pasti, serta rencana untuk mencapainya (Newman, 2012). Menurut Ellison (1992) tujuan tidak hanya membantu seseorang mencapai kesuksesan, tetapi juga membantu memotivasi orang yang secara konsisten menetapkannya.
Penetapan tujuan adalah proses menetapkan target atau tujuan yang jelas dan dapat digunakan dalam belajar. menurut teori tujuan ada dua orientasi tujuan umum yang dapat diterapkan peserta didik, yaitu orientasi yang berfokus pada tugas dengan fokus intrinsic pada pembelajaran dan peningkatan dan fokus pada kemampuan orientasi dengan fokus ekstrinsik pada penghargaan eksternal, misalnya mendapatkan nilai bagus dan menjadi yang terbaik baik dari siswa lain. (Elliott & Dweck, 1988).
Penetapan tujuan membutuhkan komitmen terhadap pencapaian, prestasi menuntut seseorang untuk fokus dan disiplin, dan keduanya dibutuhkan untuk memiliki kehidupan yang sukses dan bermakna. Tujuan memungkinkan orang untuk berjuang dan mencapai apa yang ingin mereka capai (Ellison 1992). Mempelajari cara merencanakan apa yang ingin dicapai seseorang, dan mempelajari cara menetapkan tujuan yang realistis dan dapat dicapai adalah penting dalam hidup. Ini memungkinkan seseorang untuk memeriksa setiap aspek kehidupannya dan apa yang diperlukan untuk mewujudkan impiannya.
Agar penetapan tujuan dapat meningkatkan kinerja siswa maka mereka harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam menetapkan tujuan mereka sendiri (Tubbs, 1986). Selanjutnya Lunenburg (2011) merangkum beberapa karakteristik tujuan yang efektif, serta strategi dan kondisi yang dapat meningkatkan kebermanfaatan penetapan tujuan bagi siswa, yaitu:
- Tujuan harus spesifik
- Tujuan harus menantang namun dapat dicapai/realistis
- Tujuan harus dapat diterima (Accepted)
- Tujuan harus ditargetkan mulai dari jangka pendek dan jangka panjang.
- Pencapain tujuan memerlukan umpan balik
- Tujuan akan lebih efektif bila digunakan dalam mengevaluasi kinerja
- Pencapain tujuan memerlukan batas waktu.
- Belajar dengan berorientasi pada tujuan akan meningkatkan kinerja, dari pada tujuan yang berorientasi pada kinerja.
- Parental involvement
Epstein (2001) mendefinisikan parental involvement merupakan partisipasi orang tua dalam setiap tahap pendidikan dan perkembangan peserta didik dari sejak lahir hingga dewasa, sehingga orang tua berpengaruh pokok dalam kehidupan anak. keterlibatan orang tua berkenaan dengan keikutsertaan orang tua atau wali dalam pendidikan anak melalui pemberian sumbangan terhadap berbagai kegiatan siswa baik di rumah maupun di sekolah. Kegiatan tersebut dapat meliputi pemberian dukungan, memotivasi, memonitor, dan memberikan perhatian terhadap anak.
Keterlibatan orang tua membantu peserta didik dalam memahami bahwa pendidikan bukanlah hanya tujuan yang dimiliki guru untuk para peserta didik, tetapi juga merupakan tujuan dari orang tua terhadap anak. Menurut Epstein (2001), ada suatu kewajiban mendasar bagi sekolah untuk mengkomunikasikan pada orang tua tentang program-program sekolah dan perkembangan siswa, semua informasi tersebut hendaknya dapat tersampaikan dengan baik. Menurut Henderson & Mapp (2002) keterlibatan orang tua dapat meliputi parenting, komunikasi, berpartisipasi di sekolah, dukungan terhadap belajar siswa, ikut dalam pembuatan keputusan sekolah, bekerja sama dengan pihak-pihak di sekolah, serta berperan aktif dalam program pendidikan siswa.
Pentingnya keterlibatan orang tua menurut Gordon & Cui (2012), yaitu dukungan yang memiliki pengaruh kuat terhadap prestasi akademik siswa baik saat ini dan yang akan datang. Oleh karenanya sekolah harus mengkomunikasikan pada orang tua tentang strategi khusus untuk membantu siswa di sekolah dan di rumah. Hill & Taylor (2004) mencatat bahwa jika para orang tua secara aktif terlibat dalam belajar siswa, siswa akan menyadari akan nilai pendidikan orang tua, dan mereka akan berusaha menyelesaikan tugas-tugas dengan lebih cermat. Untuk dapat aktif terlibat orang tua harus menunjukkan perhatian terhadap kinerja siswa di sekolah dan di rumah, orang tua juga harus menemukan cara dalam membantu siswa saat mengalami kesulitan.
Orang tua dapat membantu siswa dalam cara-cara berbeda, melalui keterlibatan dengan memberi perhatian melalui motivasi adalah yang paling bermanfaat bagi siswa. Bentuk keterlibatan orang tua dapat berupa pemantauan kegiatan belajar di sekolah maupun di rumah, serta mengkoordinasikan upaya-upaya dengan para guru untuk mendorong perilaku baik di sekolah, serta memastikan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas. Dukungan dan keterlibatan orang tua dapat secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan pribadi sosial, serta prestasi belajar siswa (Lam & Ducreuz, 2013). Oleh karena itu perlu ditemukannya bentuk keterlibatan orang tua yang paling efektif dalam pendidikan yang berhubungan secara positif terhadap prestasi siswa.
Dalam membangun hubungan baik dengan sekolah orang tua memperoleh informasi dari sekolah yang akan digunakan di rumah dalam membantu siswa, sehingga semua informasi tersebut haruslah dapat dengan mudah dipahami oleh para orang tua. Penelitian yang berhubungan dengan keterlibatan orang tua dalam peningkatan kehadiran siswa, kenaikan kelas, pelulusan, perilaku-perilaku positif, dan studi lanjut (Henderson & Berla, 1994; Henderson & Mapp,2002).
- Task Commitment
Istilah “task commitment’ awalnya diperkenalkan oleh Joseph S. Renzulli (1978) dalam teori keberbakatan (giftedness) Renzulli menjelaskan bahwa ada tiga elemen pokok dari keberbakatan, yaitu kemampuan diatas rata-rata, task commitment, dan kreatifitas. Seluruh elemen tersebut harus ada dan saling berinteraksi satu sama lain untuk memperoleh hasil yang tinggi. Istilah “task commitment’berkenaan dengan istilah keterlibatan (engagement), commitment diartikan sebagai sikap seseorang yang bekerja giat atau mendukung sesuatu. Commitment bukanlah sesuatu yang tidak dapat dikontrol, seorang dapat berkomitmen terhadap pekerjaannya atau tidak. Sementara keterlibatan (engagement) adalah keterlibatan emosi atau sebuah komitmen terhadap tugas.
Renzulli (2005) menjelaskan bahwa istilah yang paling sering digunakan dalam menggambarkan task commitment adalah: Ketekunan, daya tahan, kerja keras, semangat berlatih, percaya diri, yakin atas kemampuan menyelesaikan tugas, dan menunjukkan minat. Task commitment terdiri dari tiga komponen dan sub-komponen, yaitu target tujuan yang tinggi, percaya diri, fokus perhatian. Target tujuan yang tinggi terdiri dari eksplorasi tugas untuk mencapai tujuan, menetapkan sendiri tujuan, memahami tujuan, serta bagaimana mencapainya. Percaya diri terdiri atas percaya terhadap kemampuan mencapai tujuan, percaya diri terhadap strategi dan kinerja. fokus perhatian meliputi fokus perhatian pada tugas, fokus perhatian pada tujuan dari tugas, fokus perhatian pada strategi dan kinerja, fokus perhatian pada tujuan yang ingin dicapai (Kim, et al:2013).
- Prosedur Penetapan Tujuan dengan Keterlibatan Orang tua untuk Meningkatkan Task Commitment
Dalam layanan bimbingan dan konseling penetapan tujuan bagi siswa difokuskan kepada dua tujuan, yaitu tujuan belajar dan tujuan karier, walaupun secara garis besar dalam panduan penyelenggaraan bimbingan dan konseling harus meliputi empat domain, yaitu pribadi, sosial, belajar, dan karier, namun dalam implementasi penetapan tujuan domain pribadi dan sosial dapat diintegrasikan ke dalam penetapan tujuan belajar dan karier. Domain pribadi dan sosial merupakan faktor penting dan utama dalam kehidupan akademik, dan masing-masing keempat domain tersebut saling berinteraksi dalam pertumbuhan pribadi peserta didik. Untuk dapat mendukung tujuan-tujuan siswa maka asesmen non-kognitif menjadi acuan penting bagi guru, selanjutnya dilakukan penetapan tujuan dengan prosedur sebagai berikut:
- Pra-Penetapan Tujuan
- Asesmen Kognitif dan Non-Kognitif
Sebelum tujuan ditetapkan terlebih dahulu dilakukan asesmen terhadap aspek kognitif dan non-kognitif, asesmen kognitif yang dikenakan pada siswa antara lain: tes kecerdasan intelektual; inventori gaya belajar; inventori kecerdasan majemuk, dan himpunan nilai yang diperoleh siswa, berupa rapot, kartu hasil studi, dan daftar perolehan nilai harian dari setiap mata pelajaran. Sedangkan asesmen non-kognitif diantaranya adalah: tes kecerdasan emosional, Myers-Briggs Type Indicator (MBTI); inventori locus control; inventori manajemen konflik; inventori gaya kerja dan pemecahan masalah; dan inventori minat karier.
- Pemberian informasi hasil asesmen
Interpretasi hasil asesmen diinformasikan kepada siswa, melalui layanan kelompok atau perorangan siswa menyimak pemaparan tentang hasil asesmen kognitif dan non-kognitif, yang menyangkut dua sisi antara potensi diri dan kelemahan dirinya. kemudian siswa merefleksikan hasil pemahamannya dengan menghasilkan rencana tindak lanjut apa yang seharusnya dilakukan setelah mengetahui potensi-potensinya dan kemungkinan masalah yang akan timbul karena kelemahan dirinya. Hasil asesmen juga disampaikan kepada orang tua yang dilampirkan bersama laporan tertulis bahwa siswa telah pemberian informasi tentang hasil asesmen, sedangkan lampiran kedua adalah angket tanggapan orang tua tentang hasil asesmen.
- Penetapan Tujuan
- Penetapan Tujuan Belajar
- Tujuan
- Siswa dapat merumuskan tujuan belajarnya ke dalam tujuan jangka panjang dan jangka pendek.
- Siswa dapat menyusun rencana kegiatan belajar untuk pencapaian tujuan-tujuannya.
- Strategi dan teknik
- Pemberian informasi hasil asesmen dan penggunaannya.
- Penetapan tujuan dan penyusunan rencana untuk pengembangan pribadi sosial, dengan tanya jawab, dan diskusi.
- Penetapan tujuan dan penyusunan rencana untuk pengembangan keterampilan belajar, dengan tanya jawab, diskusi, dan penugasan.
- Langkah kegiatan
- Kegiatan pembuka
- Menjelaskan tentang tujuan bimbingan.
- Menjelaskan tentang langkah-langkah bimbingan.
- Menjelaskan tentang tugas-tugas yang harus siswa lakukan.
- Kegiatan inti
- Siswa merumuskan tujuan pengembangan diri.
- Siswa merumuskan tujuan-tujuan belajar ke dalam jangka pendek, menengah dan panjang.
- Siswa merumuskan rencana-rencana upaya dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
- Kegiatan penutup
- Setiap siswa menyimpulkan tentang tugas yang harus dilakukan.
- Membahas pertemuan lanjutan.
- Penilaian
- Siswa dapat merumuskan tujuan belajarnya ke dalam tujuan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.
- Siswa dapat menyusun rencana kegiatan untuk pencapaian tujuan-tujuannya.
- Siswa dapat menentukan strategi belajar yang efektif dan efisien.
- Penetapan Tujuan Karier
- Tujuan
- Memfasilitasi komunikasi antara siswa dan orang tua dalam rangka pencapaian kesepahaman tentang arah karier dan rencana studi lanjut siswa.
- Membantu siswa menetapkan tujuan dan mengembangkan rencana pencapaian cita-citanya.
- Membangun komitmen siswa untuk melakukan tindakan-tindakan nyata dalam upaya merealisasikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
- Strategi dan teknik
Konferensi siswa, orang tua, dan guru BK, teknik yang digunakan: Expository, Tanya jawab, diskusi siswa dan orang tua.
- Langkah kegiatan
- Kegiatan pembuka
- Kegiatan diawali dengan pemaparan tujuan konferensi.
- Pemaparan tentang bentuk partisipasi yang diharapkan kepada siswa dan orang tua pada saat konferensi, dan tindak lanjut setelah ditetapkannya tujuan.
- Pemaparan tahapan kegiatan konferensi.
- Kegiatan inti
- Penjelasan tentang implikasi hasil belajar dan psikotes dalam pilihan karier dan rencana studi lanjut.
- Penyampaian singkat analisis hasil belajar dan psikotes.
- Penetapan tujuan, setelah kelulusan.
(1) Menentukan sejumlah tujuan dengan urutan prioritasnya.
(2) Menentukan rencana kegiatan usaha pencapaian tujuan.
- Kegiatan penutup
- Siswa bersama orang tua menyimpulkan hasil kegiatan.
- Konselor menyampaikan kegiatan tindak lanjut.
- Penilaian
- Penilaian terhadap siswa. (1) Indikator penilaian proses meliputi: pengamatan terhadap bagaimana proses pelaksanaan kegiatan, bagaimana partisipasi siswa; tanggapan positif siswa terhadap layanan bimbingan. (2) Indikator penilaian hasil meliputi: Penetapan tujuan yang realistis, pilihan sesuai dengan prestasi belajar, rekomendasi psikotes dan disepakati orang tua; rencana upaya pencapaian bersifat operasional, ditentukan kapan waktu pelaksanaannya dan jelas target pencapaiannya.
- Penilaian terhadap keterlibatan orang tua. Indikator penilaian proses meliputi: pengamatan terhadap bagaimana proses pelaksanaan kegiatan, bagaimana partisipasi orang tua; tanggapan orang tua terhadap layanan bimbingan.
- Monitoring dan Evaluasi
Secara terjadwal tiap bulan siswa diundang untuk mengikuti bimbingan dalam rangka monitoring dan evaluasi, bimbingan bertujuan agar siswa dapat: mengevaluasi keterlaksanaan dari kegiatan yang telah direncanakan; dapat mengevaluasi hasil usaha belajarnya selama satu bulan; serta dapat membuat rencana tindak lanjut.
- Prosedur monitoring dan evaluasi
Kegiatan bimbingan monitoring dan evaluasi dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
- Pembukaan
Penjelasan singkat tentang tujuan bimbingan dan tahap kegiatan bimbingan.
- Kegiatan Inti
- Pelaporan siswa: siswa melaporkan hasil pelaksanaan dari perencanaan belajar selama satu bulan yang telah disusun saat konferensi penetapan tujuan.
- Evaluasi keterlaksanaan dan hasil pelaksanaan usaha belajar: penjelasan tentang prosedur analisis SWOT, selanjutnya siswa mengevaluasi keterlaksanaan dan hasil dari kegiatan yang mereka lakukan dengan menggunakan analisis SWOT
- Penutup
- Siswa menyimpulkan tentang tugas yang harus dilakukan.
- Membahas pertemuan lanjutan.
- Penilaian
Indikator untuk menilai hasil bimbingan meliputi:
- Siswa dapat mengenali faktor pendukung dalam proses belajar;
- Siswa dapat mengenali faktor penghambat dalam proses belajar;
- Siswa dapat menyusun rencana tindak lanjut untuk meningkatkan hasil belajar.
- Bentuk Keterlibatan Orang Tua
Bentuk partisipasi orang tua adalah dengan hadir mendampingi siswa saat bimbingan penetapan tujuan, bimbingan bukan hanya untuk siswa namun juga ditujukan untuk mengedukasi para orang tua agar memperoleh pemahaman tentang cara penetapan tujuan, sehingga masukan dan arahan yang diberikan oleh orang tua lebih dapat memenuhi kebutuhan siswa. Orang tua melaporkan hasil pengamatan mereka terhadap kegiatan belajar siswa di rumah, dengan cara mengisi format yang telah diberikan sebelumnya pada saat konferensi. Komunikasi dengan orang tua secara berkesinambungan dilakukan atas inisiasi guru, dengan memfasilitasi para orang tua untuk datang ke sekolah atau melalui media komunikasi untuk memperoleh dan memberikan informasi tentang perkembangan belajar siswa.
- Peningkatan Task Commitment Siswa
Penetapan tujuan dengan melibatkan orang tua untuk meningkatkan task commitment telah dikenakan pada lima angkatan siswa, penilaian hasil difokuskan pada kinerja siswa melalui pengamatan terhadap aspek-aspek yang terdiri dari: Ketekunan, daya tahan, kerja keras, semangat berlatih, percaya diri, yakin atas kemampuan menyelesaikan tugas, dan menunjukkan minat. Aspek-aspek tersebut diamati oleh para guru sebelum dan setelah bimbingan penetapan tujuan diberikan.
Bimbingan dapat menghasilkan peningkatan task commitmend bagi siswa yang telah mengikuti bimbingan. Bukti efektifitas prosedur ini adalah adanya perbedaan tingkat task commitmend antara siswa yang mengikuti bimbingan penetapan tujuan bersama orang tua, dan yang tidak bersama orang tua, serta adanya perbedaan antara sebelum dan sesudah mengikuti bimbingan. Perbedaan antara siswa yang mengikuti bimbingan penetapan tujuan bersama orang tua, dan yang tidak bersama orang tua juga ditemukan pada ketetapan pilihan studi lanjut (tujuan karier), bagi siswa yang orang tua-nya berpartisipasi dalam penetapan pilihan studi lanjut maka pilihan yang dibuat cenderung menetap, hingga terealisasi saat kelas XII, sebaliknya bagi siswa yang orang tua-nya tidak berpartisipasi pilihan mereka cenderung berubah, sehingga siswa memiliki waktu yang relatif singkat untuk menyiapkan pencapaian tujuannya.
E. Simpulan dan Rekomendasi
Tidak ada kesuksesan yang dapat dicapai kecuali siswa terlebih dahulu menetapkan tujuan mereka, pencapaian tujuan mempersyaratkan adanya kolaborasi antara orang yang menetapkan tujuan dan orang yang mendorong dan membantu mereka dalam merencanakan mencapai tujuan. Apabila siswa melihat efek dari penetapan tujuan, memahami bahwa tujuan harus dapat dicapai, tujuan harus dipikirkan serta direncanakan dengan baik, maka mereka dapat menggunakannya untuk mencapai kesuksesan di bidang akademik. Keberhasilan ini tidak hanya menguntungkan siswa, tetapi juga bermanfaat bagi sekolah karena peningkatan prestasi siswa berarti peningkatan akuntabilitas sekolah. Bimbingan penetapan tujuan dengan melibatkan orang tua dapat meningkatkan task commitment siswa, siswa menunjukkan ketekunan, lebih memiliki daya tahan, bekerja keras, semangat berlatih, percaya diri, yakin atas kemampuan menyelesaikan tugas, dan memiliki minat untuk terus belajar.
Edukasi bagi orang tua tentang bagaimana menetapkan tujuan, bagaimana memonitor dan mengevaluasi proses belajar siswa perlu diberikan, untuk itu guru bimbingan dan konseling harus meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan hubungan dengan orang tua, serta kemampuan dalam memposisikan diri sebagai expert baik bagi siswa maupun bagi orang tua. Sekolah harus terus mendorong keterlibatan orang tua dalam program-program sekolah, melalui pemberian keluasan akses bagi orang tua untuk berpartisipasi, dengan cara mengundang orang tua secara periodik di awal semester, pertengahan, dan akhir semester, untuk menyampaikan tentang program pendidikan yang akan diberikan, untuk memberikan laporan perkembangan belajar, dan meminta masukan untuk peningkatan efektifitas dari program pendidikan.
Daftar Rujukan
Baker. 1997. Journal of the Academy of Marketing Science volume 25, Article number: 305 (1997) A framework for market-based organizational learning: Linking values, knowledge, and behavior.
Bandura, A., & Schunk, D. H. (1981). Cultivating competence, self-efficacy, and intrinsic interest through proximal self-motivation. Journal of Personality and Social Psychology, 41(3), 586–598. https://doi.org/10.1037/0022-3514.41.3.586
Cotton, K., & Wickelund,K.2001. Parent Iinvolvement in education. [School Improvement Research Series]. Portland, OR: Northwest Regional Educational Laboratory.
Ferguson, Chris; Rodriguez, Victor.2005. Engaging Families at the Secondary Level: What Schools Can Do to Support Family Involvement. Southwest Educational Development Laboratory (SEDL).
Feuerstein, A. (2000). School characteristics and parent involvement: Influences on participation in children's schools. The Journal of Educational Research, 94(1), 29–40. https://doi.org/10.1080/00220670009598740
Lunenburg, F.C. 2011. Goal-Setting Theory of Motivation. International Journal of Management, Business, and Administration: Volume 15, Number 1, 2011
Henderson, Anne T., Ed.; Berla, Nancy, Ed. 1994. New Generation of Evidence: The Family is Critical to Student Achievement. ISBN-0-934460-41-8 ED375968
Henderson, A. & Mapp, K.L. 2002. A New Wave of Evidence: The Impact of School, Family and Community Connections on Student Achievement. National Center for Family and Community Connections with Schools.
Latham, G., & Locke, E. (2007). New developments and directions for goal setting research. European Psychologist. 12(4), 290–300
Locke, E. A., & Latham, G. P. (1990). A theory of goal setting and task performance. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Meece, J. L., Blumenfeld, P. C., & Hoyle, R. H. (1988). Students’ goal orientations and cognitive engagement in classroom activities. Journal of Educational Psychology, 80, 514-523. doi:10.1037/0022-0663.80.4.514
Morisano, D., Hirsh, J. B., Peterson, J. B., Pihl, R. O., & Shore, B. M. (2010). Setting, elaborating, and reflecting on personal goals improves academic performance. Journal of Applied Psychology, 95(2), 255–264
Murayama, K. & Elliot, A.J. 2009. The Joint Influence of Personal Achievement Goals and Classroom Goal Structures on Achievement-Relevant Outcomes. Journal of Educational Psychology 101(2):432-447 DOI: 10.1037/a0014221.
Schunk, D.H.2003 Self-efficacy for reading and writing: Influence of modeling, goal setting, and self-evaluation
Schunk, D. H. (1985). Participation in goal setting: Effects on self-efficacy and skills of learning disabled children.Journal of Special Education, 19, 307–317.
Siegert, R,J & Levack, W.M. 2015. Rehabilitation Goal Setting: Theory, Practice and Evidence. Taylor & Francis Group. LLC
Zimmerman, Bandura, & Martinez-Pons:1992: Self-Motivation for Academic Attainment: The Role of Self-Efficacy Beliefs and Personal Goal Setting. American Educational Research Journal 29(3):663-676