Penerapan Budaya Positif di SMA Negeri 2 Sumenep
Penerapan Budaya Positif di SMA Negeri 2 Sumenep Oleh Sufiani, S.Pd., Gr.
Sekolah merupakan pendidikan formal untuk kegiatan belajar mengajar dengan tujuan mendapatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup. Sekolah juga tempat untuk menumbuhkembangkan bakat dan minat serta membentuk karakter anak. Selain itu, merupakan tempat menanamkan benih-benih sosiokultural yaitu berupa pendidikan budi pekerti. Setiap sekolah wajib memiliki mimpi/visi mewujudkan pembentukan karakter yang baik bagi seluruh warga sekolah. Karakter warga sekolah yang unggul akan menentukan kemajuan sekolah tersebut. Cara agar hal itu bisa menjadi kenyataan dengan membangun budaya positif di sekolah. Budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Budaya positif di sekolah sangatlah penting untuk mengembangkan karakter yang dimiliki murid sesuai Profil Pelajar Pancasila. Hal ini terbukti dapat diterapkan di SMA Negeri 2 Sumenep, yang merupakan salah satu sekolah maju yang berada di Kabupaten Sumenep tepatnya di Jalan KH Wahid Hasyim III/11 Kolor Sumenep. SMA Negeri 2 Sumenep merupakan salah satu sekolah yang menjadi pilihan peserta didik lulusan SMP khususnya di Kabupaten Sumenep. Di sekolah ini, terdapat 36 kelas dengan jumlah masing-masing kelas kurang lebih 36 orang. Jumlah peserta didiknya kurang lebih 1296 orang. Dengan jumlah peserta didik yang banyak, tentunya bukan hal yang mudah untuk membangun karakter/ budi pekerti yang baik pada peserta didik. Semua ini membutuhkan langkah yang tepat untuk mewujudkannya, caranya adalah mengadakan program sekolah yang bertujuan membangun karakter yang baik. Salah satunya yaitu dengan adanya penerapan restitusi pada siswa. Restitusi termasuk dalam budaya positif yang diharapkan akan dilakukan oleh seluruh warga sekolah serta semuanya berkomitmen akan konsisten menerapkannya. Restitusi yang sudah dilakukan, menunjukkan hasil yang luar biasa. Pertama saat melakukan restitusi, guru menerapkan posisi kontrol yang terbaik yaitu sebagai manajer. Tahapan segitiga restitusi dilakukan pertama adalah dengan membuat keyakinan kelas bersama murid di kelas. Dalam menerapkan disiplin positif ini, tanpa adanya hukuman dan hadiah. Adapun budaya positif yang telah diterapkan di SMAN 2 Sumenep yaitu : 1. Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dan hari besar nasional (Hari Pendidikan Nasional, HUT RI, Hari Guru Nasional, Hari jadi Kabupaten Sumenep) untuk menanamkan kedisiplinan diri peserta didik. 2. Pembiasaan 5S (salam, sapa, senyum, sopan dan santun) di lingkungan sekolah dimulai dari masuk gerbang sekolah, di mana seluruh peserta didik disambut kedatangannya oleh guru-guru yang bertugas sebagai tim tata tertib sekolah dan peserta didik menerapkannya. Hal ini diharapkan mampu menumbuhkan karakter dan nilai kebajikan peserta didik untuk saling menghormati, ramah, sopan dan santun. 3. Pembiasaan berdo’a sebelum dan sesudah pembelajaran untuk menumbuhkan karakter sesuai profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. 4. Melaksanakan sholat dhuhur berjama’ah untuk menumbuhkan karakter peserta didik sesuai Profil Pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. 5. Memberikan bimbingan positif pada peserta didik yang melanggar aturan sekolah dengan menerapkan segitiga restitusi dan melakukan pemanggilan orang tua. Hal ini diharapkan mampu membantu peserta didik dalam memahami dampak dari tindakan yang dilakukannya dan mendorong peserta didik untuk berpikir kritis berusaha menemukan solusi dari apa yang telah dilakukannya. Tak kalah pentingnya, adanya kolaborasi dengan wali murid untuk memantau aktivitas putra-putrinya saat di rumah 6. Melaksanakan kegiatan literasi untuk menghidupkan kembali pembiasaan adab baik di lingkungan sekolah. Menghidupkan budaya literasi sebagai sarana menumbuhkan pengetahuan murid tentang hal baik dan tidak dalam kaitannya menyaring informasi yang ada melalui media sosial 7. Melaksanakan program kegiatan mengaji yang dilaksanakan setiap hari Jumat di jam pertama serentak di masing-masing kelas yang dipandu oleh masing-masing guru pengajar. 8. Melaksanakan gerakan makan sehat bersama yang dilaksanakan setiap hari Rabu di jam pertama. 9. Melaksanakan kerja bakti di lingkungan sekolah baik di kelas serta masjid untuk menumbuhkan nilai gotong royong, peduli lingkungan, menjaga kebersihan. 10. Melaksanakan kegiatan santunan anak yatim untuk menumbuhkan nilai kepedulian sosial, toleransi yang rutin dilaksanakan di awal bulan Ramadhan, saat memperingati Isro’ Mi’raj, dan memperingati maulid Nabi Muhammad 11. Membuat keyakinan kelas bersama dengan peserta didik dikelas untuk menumbuhkan nilai kebebasan mengeluarkan pendapat/ide, tanggung jawab, disiplin diri, menghormati, menghargai dan bernalar kritis sehingga meminimalkan adanya pelanggaran di kelas. Dengan demikian tercipta lingkungan belajar yang nyaman dan aman. 12. Berbagi praktik baik dengan seluruh warga sekolah yaitu Kepala Sekolah, Wakasek, Guru dan karyawan TU (tenaga arsiparis) tentang budaya positif yang harus diterapkan disekolah sehingga tercipta pemahaman yang sama dan adanya kolaborasi yang baik antar seluruh warga dalam mewujudkan terlaksananya budaya positif di sekolah secara konsisten dan dilegalkan oleh pemangku kebijakan disekolah. Dengan diterapkannya budaya positif di SMA Negeri 2 Sumenep ini menunjukkan adanya dampak yang positif yang signifikan di lingkungan sekolah. Peserta didik memiliki karakter dan akhlak yang baik, hormat dan sopan pada gurunya, tidak mengeluarkan kata-kata yang kotor baik kepada teman ataupun orang lain, tidak membully baik verbal ataupun perbuatan kepada teman atau orang lain, memiliki disiplin diri yang kuat, tanggung jawab. Hal ini terbukti dengan berkurangnya pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik yang dapat dilihat di data yang ada di tim tata tertib sekolah ataupun tim kesiswaan. Demikian penerapan budaya positif di SMA Negeri 2 Sumenep, semoga dapat menginspirasi dan memotivasi sekolah lain untuk dapat menerapkan hal yang sama sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang berpihak pada peserta didik untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya baik sebagai manusia atau anggota masyarakat sesuai dengan filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara.